Terusan Suez adalah jalur transportasi air yang terletak di permukaan laut, yang merupakan terusan buatan manusia. Terusan ini merupakan terusan yang terletak di Mesir, dan merupakan terusan terpanjang kedua di dunia setelah Terusan Laut Putih-Baltik (227 km), yaitu sepanjang 163 km di sebelah barat Semenanjung Sinai. Terusan ini dibangun atas dasar tujuan untuk menghubungkan Laut Mediteranian dan Laut merah, sehingga mempersingkat jarak tempuh yang dilalui oleh kapal pelayaran dari benua Asia yang akan menuju ke benua Eropa, ataupun sebaliknya. Selain itu, pembangunan Terusan Suez ditujukan untuk mengakomodir perdagangan peti kemas internasional antara Eropa dan Asia. Sehingga, dengan adanya terusan ini memungkinkan transportasi kargo dari Eropa ke Asia dan juga sebaliknya. Jalur air buatan ini berhasil memotong jarak tempuh perjalanan (tanpa melewati benua Afrika) hingga minimal 7.000 km. Terusan Suez secara sah diresmikan dan mulai beroperasi pada tahun 1869. Hingga kini, di bawah naungan Otoritas Terusan Suez (Suez Canal Autority) secara terus menerus melakukan pembangunan dan pengembangan hingga dapat mengakomodasi kapal-kapal baru, besar dan modern.
Secara geografis, Terusan Suez terletak di lokasi yang strategis. Lokasi yang startegis tersebut menjadikan Terusan Suez sebagai rute terpendek antara Timur dan Barat. Dimana lokasi tersebut mampu menampung 8% - 10% perdagangan laut (sea-borne trade) dunia dan mampu mencetak penghasilan tahunan hingga $5,2 miliar per tahun. Selain menghemat waktu, jarak tempuh, dan biaya operasional, Terusan Suez juga merupakan jalur yang lebih aman dan terjamin. Dengan pembangunan yang berkelanjutan, Terusan Suez diharapkan dapat meningkat hingga $13,2 miliar pada 2023.
Tahun demi tahun, pembangunan dan pembangunan Terusan Suez semakin bertambah. Salah satu pembangunan dan pengembangan ini dilakukan oleh Otoritas Terusan Suez adalah meningkatkan kemampuan Terusan menampung kedalaman Draft kapal. Hingga kini Terusan Suez mampu menampung kapal dengan Draft hingga 22 meter.
Dengan berbagai keuntungan yang ditawarkan oleh Terusan Suez, kini perdagangan dunia sangat bergantung pada Terusan Suez. Terusan Suez memiliki peran penting dalam pengiriman peti kemas. Terdapat rata-rata sebanyak 50-51 kapal yang melintasi Terusan Suez di setiap harinya. Sehingga, hampir 19.000 kapal, dengan tonase berat bersih 1,17 miliar ton melewati kanal tersebut pada tahun 2020.
Sementara itu, Terusan Suez tentunya tidak terlepas dari tantangan. Beberapa tantangan yang dihadapi Terusan Suez yang dijelaskan sebagai berikut sangat menentukan daya saing Terusan Suez untuk tetap bertahan sebagai salah satu jalur pelayaran dan pengiriman barang yang unggul secara global.
Pembajakan
Terjadi peningkatan dari hanya 10 kasus pada tahun 2006 hingga menjadi 111 kasus pembajakan pada tahun 2008. Tentunya aksi pembajakan tersebut menimbulkan kekhawatiran besar ditengah perusahaan pelayaran dan pemilik kargo. Maraknya pembajakan terorganisir tersebut dijadi dibeberapa area, terutama di pintu masuk selatan Laut Merah bagian selatan Laut Merah berbatasan dengan pantai Somalia, Eritrea, dan Teluk Aden. Ancaman keamanan yang terkait dengan pembajakan tersebut tentunya meningkatkan biaya asuransi untuk kapal baik yang tengah melintas dan transit di Terusan Suez. Biaya asuransi tersebut antara lain asuransi risiko perang, asuransi Protection and Indemnity (P&I), hingga premi yang lebih mahal untuk asuransi kargo). Selain itu, terdapat beberapa biaya operasional dalam hal pengawakan tambahan, biaya yang terkait dengan penjagaan keamanan yang berlisensi, hingga biaya peralatan lainnya yang diperlukan untuk melakukan mitigasi.
Kapasitas
Selain pembajakan, Terusan Suez memiliki kapasitas yang cukup terbatas. Projek pembangunan dan pengembangan yang dilakukan oleh otoritas Suez Canal pada tahun 2015 berhasil membuat panjang jalur hingga menjadi 193,3 km, dan dengan kedalaman hingga 24 meter. Pembangunan dan perluasan kanal tersebut memampukan Terusan Suez menangani supertanker dengan kapasitas 217.000-ton dengan kedalaman mencapai 20,1 m dalam air. Namun, dengan terjadinya penutupan Terusan Suez pada awal tahun 2021 yang diakibatkan oleh tersendatnya kapal Evergreen, hal ini menimbulkan kemacetan yang cukup panjang dan kerugian yang cukup besari. Akibat terhimpitnya kapal pengangkut peti kemas adalah salah satu contoh dari keterbatasan Terusan Suez terkait kapasitas kanal untuk dilalui oleh kapal-kapal besar.
Tentunya hal tersebut berdampak pada perekonomian dunia terutama Indonesia. Hal tersebut berpengaruh terhadap keterlambatan atau delay dan naiknya biaya angkutan laut yang ditanggung pelaku usaha Indonesia ke pasar internasional. Terutama untuk perdagangan Indonesia ke Eropa, Afrika dan juga ke Amerika Serikat (AS) yang selama ini menuju ke pantai Timur Amerika dan melewati Terusan Suez. Data dari Lloyd's List menunjukkan kapal yang terdampar itu menahan sekitar USD 9,6 miliar (Rp 138,6 triliun) nilai perdagangan di sepanjang jalur air setiap harinya.
Angka itu setara dengan USD 400 juta dan 3,3 juta ton kargo per jam, atau USD 6,7 juta per menit.Maka dari itu pemerintah terkait beserta pengelola pelabuhan harus secara bersama-sama mempertimbangkan strategi manajemen kapasitas berdasarkan variabel biaya (contoh: biaya transit, dsb).\
Tonton versi videonya disini :