Jakarta, Boksman - Apakah Anda masih ingat dengan tragedi kebakaran yang terjadi pada kapal Felicity Ace dan tenggelam di Samudra Atlantik bersama dengan ribuan mobil mewah yang ada di dalamnya?
Hal tersebut terjadi diduga karena adanya masalah dengan baterai lithium -ion mobil listrik , Korea Selatan (Korsel). Otoritas Pelabuhan di Busan, Korea Selatan, berharap bahwa pembangunan kontainer "pintar" ini bisa membuat angkutan transportasi bertenaga baterai lithium-ion jadi lebih aman.
Otoritas Pelabuhan Busan bekerja sama dengan Vesta (produsen peti kemas terbesar di Korea Selatan) serta Korea Pallet Pool dan Busan Techno Park , perusahaan persewaan palet yang bekerja dalam menjual barang-barang di dalam peti kemas.
Baca Juga: Darurat Regulasi Logistik Indonesia, Ini Saran SCI Terkait Sislognas
“Busan memproses lebih dari 90 persen impor dan ekspor baterai lithium-ion di Korsel, jadi pengembangan teknologi kontainer aman untuk pengangkutan baterai yang aman sangat penting.
Dengan memberlakukan keamanan, status Busan sebagai pelabuhan internasional dan kota logistik akan ditingkatkan,” kata Lee Joon-seung, kepala kantor inovasi digital Busan kepada The Loadstar dari laman The Drive, pada Selasa (10/5/2022).
Hingga saat ini belum ada detail tentang kontainer aman dan pintar yang sedang dibangun oleh pihak otoritas Pelabuhan Busan. Yang terpenting adalah bahwa hal yang harus dihindari dari baterai lithium-ion merupakan situasi terkena air langsung atau terkena panas yang ekstrem.
Permasalahan utamanya terletak saat baterai lithium-ion naik, mereka bekerja dalam suhu yang terlalu panas, yakni suhu 3.632 derajat Fahrenheit yang merupakan temperatur awal untuk alat penguap busur plasma. Selain suhu, kebakaran baterai pada kendaraan listrik juga sulit dipadamkan.
Untuk itulah, peran pelabuhan sangat penting guna menemukan solusi yang aman untuk mengangkut baterai EV, baik saat sudah berada di dalam kendaraan maupun sebagai kemasan untuk dipasang. Apalagi dengan terjadinya tragedi kebakaran kapal Felicity Ace membuat trauma perusahaan pelayaran untuk mengangkut kendaraan listrik, lebih khusus lagi, baterainya.
Baca Juga: Kemacetan Terminal Tanjung Priok Terjadi Lagi, Ada Apa?
Bahkan salah satu raksasa perkapalan juga mengatakan bahwa tidak akan membawa mobil listrik bekas apa pun.
Namun, otoritas Pelabuhan Busan tentunya perlu mencari solusi karena sekitar 22 juta kontainer pengiriman melewati pelabuhan pada tahun 2020 dan Korea Selatan adalah produsen utama dari baterai untuk kendaraan listrik.
Busan sendiri merupakan tempat pendistribusian 90 persen baterai yang diekspor dari Korea Selatan.